IDUL ADHA
DAN DINAMIKA SOSIAL
DI TANAH AIR
oleh: Jarab Thoriqul Ikroma
بسم الله الرحمن الرحيم
السلا م عليكم ورحمة الله وبركاته
الله اكبر3× الله اكبر3× الله اكبر3×. الله اكبر ولله الحمد. الحمد لله الذى هدانا لهدا وماكانا لنهتدى لولا ان هدان الله من يهدى الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادى له. اشهد ان لااله الا الله وحده لا شريك له واشهد ان محمدا عبده ورسوله. اللهم صل وسلم وبارك على نبينا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين. اما بعد. فيا عبادلله اوصيكم واياي بتقوى الله وطا عته لعلكم تفلحون. قال سبحانه وتعالى فى كتابه الكريم. اعود بالله من الشيطان الرجيم: ياايها الدين امنوا اتقواالله حق تقا ته ولاتمتن الا وانتم مسلمون.
Allahu
Akbar 3 X wa lillahil hamd
Kaum
muslimin dan muslimat yang berbahagia
Terpuji Tuhan Maha
Perkasa, Maha Kuasa, dan Maha Luar Biasa. Tiada yang kita besarkan sepanjang
hari, pagi dan petang, di mesjid dan di kantor, di keramaian kota dan di
kesunyian malam, kecuali nama-Mu ‘Allahu Akbar’. Kalimat takbir ini
mengingatkan kita kembali bahwa tidak ada yang lebih besar daripada kebesaran
Allah. Kebesaran apapun di dunia ini bukan bandingan akan kebesaran-Nya. Tiada
bangsa besar, tiada negara besar, tiada pembesar yang pantas
dipersamakan kebesarannya dengan
Allah. Kebesaran-Mu ya Allah
membuat dunia ini tiada berarti, membuat batu jadi luluh dan besi jadi meleleh.
Segala kekuatan dan kekuasaan lumpuh di hadapan-Mu.
Sejak
cahaya fajar 10 Dzulhijjah menyingsing di ufuk timur, umat Islam di seluruh
dunia, di seluruh benua dan samudera, di delapan penjuru mata angin, bangkit
bersama mengumandangkan ucapan takbir, membahana memecah angkasa sampai ke
langit biru. Bau parfum insan-insan beriman yang datang berlebaran hari ini
menebar bau mewangi semekar bunga-bunga di taman, sebagai pertanda umat Islam
mengenang kembali suatu peristiwa yang sangat bersejarah yang telah dialami
oleh Nabi Ibrahim as. bersama istri (Sitti Hajar) dan anaknya (Ismail).
Sebagaimana tersebut dalam
sejarah, bahwa Nabi Ibrahim telah lama merindukan datangnya seorang anak
sebagai penerus cerita dan pelanjut sejarah. Bertahun-tahun beliau menanti
dengan penuh kesabaran, akhirnya Allah mengaruniakan kepadanya seorang putera
bernama Ismail. Nabi Ibrahim sangat menyayangi puteranya itu, Ismail menjadi
buah hati belahan jantung dalam keluarganya. Setelah Ismail memasuki usia
remaja, datanglah ujian dari Allah untuk menguji keimanan Nabi Ibrahim. Allah
swt. memerintahkan kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih anak yang dicintainya.
Setelah Ibrahim yakin akan perintah Allah ini melalui mimpinya yang
berkali-kali, maka Ibrahim memanggil putarenya seraya berkata :
يَاَ بُنَيَّ إِنِّى أَرَى فِى المَنَامِ اَنِّي اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى
Artinya : ‘Wahai anakku sesungguhnya aku melihat di
dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Bagaimana menurut pendapatmu?’
Ismail anak yang shaleh
memberikan jawaban yang meyakinkan kepada ayahnya :
يَا اَبَتِ
افْعَلَ مَاتُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي اِنْ شَاءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرِيْنَ
Artinya : ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar’. (Q. S. Ash-Shaffat : 102).
Setelah itu Ibrahim
bersama dengan anaknya Ismail, berjalan seiring, selangkah dari kota Makkah
menuju ke Mina, tetapi sebelum sampai ketempat yang dituju tiba-tiba ditengah
jalan Nabi Ibrahim bertemu dengan seseorang yang menanyakan maksudnya, setelah
Ibrahim menyampaikan tujuannya untuk menyembelih anaknya, maka orang itu berkata pulang saja, bukankah
hal itu mimpi belaka ? Nabi Ibrahim mengetahui bahwa yang datang mengganggu itu
adalah iblis syetan laknatullah, menyamai sebagai manusia. Nabi Ibrahim
mengambil batu-batu kerikil melempari syetan itu sehinggga ia lari tunggang
langgang disuatu tempat yang dinamai Jumratul Wula seteleh
berjalan kurang lebih 400 meter dari tempat yang pertama datang lagi seorang
manusia, juga menghalang-halangi dengan mengumukakan beberapa alasan antara
lain Iblis berkata :”Apakah engkau tidak memperhatikan betapa cantinya
parasnya anakmu, dan betapa gagahnya dan
halusya budi pekertinya”
Nabi Ibrahim as., berhasil menundukan godaan syetan itu,
lalu mengambil batu-batu kerikil melempari syetan itu sehingga lari jauh yang
dinamai Jumratul Ustha Nabi
Ibrahm kembali melanjutkan perjalanannya kurang lebih 400 meter dari tempat
kedua ia bertemu lagi manusia lain yang juga menghalang-halangi perintah Tuhan,
kemudia Nabi Ibrahim kembali mengambil batu-batu kerikil melempari syetan itu
sehingga lari jauh dan akhirnya dinamai Jumratul Aqabah, dengan adanya
peristiwa tersebut didalam pelaksanaan ibadah Haji , disyariatkan pada jamaah
Haji untuk melempar 3 Jumarah yaitu, Jumratul Wula, Jumratul Ustha dan Jumratul
Aqbah.
Dengan izin dan Ridha Allah keduanya telah tiba dengan
selamat yaitu di Jabal Qurban, tempat lokasi penyembelihan, keduanya sudah
siap. Nabi Ibrahim telah siap dengan pedangnya yang terhunus ditangan kanannya,
sedangkan Ismail juga sudah siap merebahkan
dirinya, menggelengkan kepalanya diatas batu besar, membuka lehernya siap untuk
disembelih.
Alahu Akbar 3x
Saudara-saudara sekalian,
sekedar untuk meringankan penderitaan maka Ismail memintah kepada ayahnya
sebelum ia disembelih, ada beberapa hal yang diusulkan oleh Ismail anatara lain
: whai ayahku hendaklah ayah menginkat kedua tanganku dan kedua kakiku,
ayah, baju yang menutupi badangku agar dibuka saja dan ditutpkan kemukaku, hai
ayah segerakanlah memenuhi perintah Allah, namun sebeum ayah menyembelihku, segeralah ayah
mengasah pedangnya lebih dahulu, agar lebih tajam supaya tidak terlalu lama aku merasakan sakit akibat
yang timbul karena penyembelihan itu. Dan sekiranya ibuku rindu kiranya baju
ini dapat dicimunya.
Saudaraku….
Sekarang tibalah saatnya
untuk penyembelihan, baru saja Ismail merebahkan dirinya, menggalakan
kepalanya diatas sebuah batu besar Nabi
Ibrahim as. Sementara mengayungkan
pedangnya yang tajam dan mendekatkan keleher anaknya …… sambil membaca Bismillahi
wallahu Akbar, tiba-tiba
malaikat Jibril as, segera turun kebawah dari puncak Jabal Qurban itu dengan
membawa seekor kibasy atau domba yang
amat bagus, gemuk sehat yang didatangkan dari Syurga, dan malaikat Jibril
berkata “Wahai Ibrahim sembelilah domba ini, sebagai ganti anakmu Ismail itu,
makanlah sebahagian daginnya, dan jadikanlah hari ini sebagai hari raya bagimu berdua, dan
sedekahkanlah sebahagian daginnya kepada kaum fakir miskin sebagai ibadah
Qurban”.
Keduanya pulanglah kerumahnya dengan membaca kalimat
takbir Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar disepanjang jalan sampai tiba didepan
rumahnya, lalu ketika itu ibu Ismail Sitti Hajar terperanjat setelah mendengar
gema takbir yang berkumandang dari jauh, yang semaking lama semaking jelas
bahwa suara yang suci itu datang dari lidah
yang diucapkan oleh suaminya dan anaknya sendiri. Setelah nyata kepada
Sitti Hajar bahwa anaknya kembali dengan selamat iapun bangkit, kemudian
berlari-lari dengan penuh kegembiraan mennyambut kedatangan anaknya dan
suaminya itu, Sungguh Sitti Hajar seorang wanita yang taat kepada Suaminya dan
Ismail taat kepada kedua orang tuanya.
Allahu Akbar 3 X, wa lillahil hamd.
Saudara-saudara seiman dan sekeyakinan !
Dalam situasi bangsa kita
sekarang ini yang sedang menghadapi berbagai permasalahan nasional, membuat
peringatan Hari Raya Idul Adha ini menjadi sangat berarti. Banyak pelajaran
penting dari peristiwa yang sangat bersejarah ini yang dapat kita terjemahkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam beberapa waktu
terakhir ini, betapa kita semua turut prihatin, terkadang sampai meneteskan air
mata, menyaksikan bencana demi bencana, kerusuhan demi kerusuhan yang datang
silih berganti menimpa ibu pertiwi. Bencana Banjir yang terjadi dipulau Jawa,
kerusuhan yang pernah terjadi di Ambon, diposo dan lain-lain, telah menimbulkan
kerugian yang tidak sedikit, kita teringat dengan apa yang telah difirmankan
oleh Allah dalam surat Al-Israa ayat 16, yang berbunyi :
وَإِذَا اَرَدْنَا اَنْ نُهْلِكَ قََرْيَةً اَمَرْنَا مُتْرَفِيْهَا فَفَسَقُوْا فِيْهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا القَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيْرًا
Artinya : ‘Apabila Kami (Tuhan) menghendaki untuk
menghancurkan suatu negeri, Kami berikan kesempatan kepada orang-orang yang
hidup mewah di negeri itu, lalu mereka berbuat fasiq di negeri itu, maka sudah
sepatutnyalah berlaku hukuman bagi mereka, maka Kami hancurkan negeri itu
sehancur-hancurnya’.
Dalam suarat Ar-Rum ayat
41, Allah swt. berfirman :
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya : ‘Telah nampak kerusakan di darat dan di
laut, akibat perbuatan manusia, sampai Allah menimpakan kepada mereka, akibat
dari apa yang telah mereka lakukan, supaya mereka kembali kepada jalan yang
benar’
Sebagai anak bangsa, kita
sangat menyayangkan kalau berbagai kerusuhan yang terjadi di tanah air justru
diciptakan oleh orang-orang yang mengatasnamakan kebenaran, demokrasi, dan
supremasi hukum. Orang-orang seperti inilah yang dijelaskan oleh Allah dalam
surah Al-Baqarah ayat 11, yang berbunyi :
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ
مُصْلِحُونَ
Artinya : ‘Kalau dikatakan kepada mereka janganlah
kamu membuat keruskan di muka bumi, mereka menjawab kami adalah orang-orang
yang melakukan perbaikan’
Jika kita kaji secara
mendalam, maka akan terlihat adanya beberapa faktor yang menyebabkan munculnya
berbagai kerusuhan di tanah air. Faktor-faktor tersebut antara lain : sikap
arogansi yang ditunjukkan oleh seseorang atau sekelompok orang, adanya usaha
untuk mengadu domba sesama bangsa Indonesia, dan distribusi kekayaan yang tidak
merata. Ketiga faktor ini bertentangan dengan semangat yang terkandung dalam
peringatan Hari Raya Idul Qurban.
Sikap arogansi yang
ditunjukkan oleh seseorang atau kelompok tertentu di tanah air, bertentangan
dengan sikap yang telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim. Ketika Nabi Ibrahim
mendapat perintah dari Allah untuk menyembelih leher anaknya, sudah jelas-jelas
merupakan perintah Allah. Tetapi, kenapa Nabi Ibrahim masih mau meminta
pendapat anaknya ? Jawabnya, karena Nabi Ibrahim bukanlah orang yang
mementingkan diri sendiri, Ibrahim paham bahwa suatu persoalan bagaimanapun
kecilnya, tetapi menyangkut orang lain haruslah dimusyawarahkan sekalipun
dengan orang yang berada di bawah kekuasaannya. Bukankah berbeda dengan sikap
sebahagian orang di antara kita yang tidak mau mendengarkan saran dan pendapat
orang lain. Kalau mereka diperingati untuk tidak melakukan kerusakan, mereka
justru berbalik memberikan jawaban pembelaan dengan mengatasnamakan kebenaran.
Adanya usaha-usaha
provokasi untuk mengadu domba sesama bangsa Indonesia dan umat Islam secara
internal, bahkan berusaha menjauhkan umat Islam sendiri dari melaksanakan
perintah Allah, juga telah dialami oleh Nabi Ibrahim bersama istri dan anaknya sebelum
melaksanakan kurban. Berkali-kali iblis datang menggoda Nabi Ibrahim agar
membatalkan niatnya melaksanakan perintah Allah. Iblis juga memprovokasi Siti
Hajar dan Ismail agar tidak menuruti keinginan Nabi Ibrahim. Akan tetapi,
sejarah telah menunjukkan bahwa ketiga manusia pilihan ini tidak terpengaruh
oleh tipu daya iblis dan mereka secara bersama-sama melaksanakan perintah
Allah. Dewasa ini, ada suatu indikator sosial yang menunjukkan bahwa ada
potensi perpecahan yang cukup besar di antara umat Islam sendiri. Dalam kondisi
yang demikian, hendaknya umat Islam tidak mengedepankan emosi dalam menyikapi
setiap permasalahan. Kalau mengedepankan emosi daripada akal, maka umat Islam
akan menjadi lahan empuk para provokator sehingga terjadilah perpecahan di
kalangan umat Islam sendiri.
Distribusi kekayaaan yang
tidak merata bertentangan dengan makna Hari Raya Idul Qurban. Setelah Nabi
Ibrahim menyembelih binatang pengganti anaknya, dagingnya dibagi-bagikan kepada
fakir miskin. Tindakan ini mengandung makna pemerataan. Pemerataan ini sangat
kita butuhkan untuk mengobati ‘luka-luka sosial’ berupa kesenjangan
ekonomi yang dapat menjadi faktor pendorong munculnya berbagai bentuk
kerusuhan. Sebenarnya, kekayaan alam ini memang disediakan oleh Allah untuk
dinikmati secara bersama. Akan tetapi, ada orang atau sekelompok orang yang
mengambil bagian yang terlalu banyak melebihi porsi yang seharusnya sehingga
yang lain tidak kebagian jatah. Jangan heran, kalau ada orang sakit perut
karena kelaparan, sementara ada orang sakit perut karena kekenyangan.
Allahu Akbar 3X, wa lillahil hamd
Untuk memberantas ketiga
faktor di atas, maka ada suatu karakter yang dimiliki oleh Nabi Ibrahim yang
patut kita contoh. Karakter tersebut adalah keberanian Nabi Ibrahim melawan
kebathilan dan kemauan untuk berkorban dalam menegakkan kebenaran. Nabi Ibrahim
rela dibakar hidup-hidup oleh Raja Namrud dalam kobaran api demi menegakkan
kebenaran Ilahi. Nabi Ibrahim rela berpisah dengan ayah kandungnya yang bekerja
sebagai pembuat berhala demi mempertahankan nilai-nilai tauhid yang
diperjuangkannya. Bahkan, Nabi Ibrahim rela mengorbankan anaknya sendiri demi
melaksanakan perintah Allah.
Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia
Dalam usaha menegakkan
kebenaran ini, ada suatu fenomena sosial yang cukup memprihatinkan di kalangan
umat Islam. Ketika kepentingan Islam diabaikan dan kebenaran Ilahi
dinjak-injak, kita diam saja tidak melakukan apa-apa. Sebaliknya, ketika
kepentingan kelompoknya tidak tercapai atau bendera organisasinya dikucilkan, mereka
berjuang mati-matian atas nama Tuhan.
Kalau umat Islam lebih berpegang
teguh kepada anggaran dasar organisasinya daripada kebenaran Islam. Kalau umat
Islam lebih berpegang teguh kepada faham kelompok dan jamaahnya daripada
petunjuk-petunjuk Alquran. Kalau umat Islam lebih berpegang teguh kepada misi
perjuangan partainya daripada ketentuan-ketentuan Ilahi, maka pada saat itu
kepentingan Islam secara umum akan terabaikan.
"Kehancuran rakyat disebabkan kehancuran raja-raja (pemerintah),
kehancuran
raja-raja disebabkan kehancuran ulamak, kehancuran ulamak disebabkan kecintaan
mereka kepada harta dan kedudukan. Barangsiapa yang dikuasai oleh dunia,
maka tidak akan mampu menghapus kekejian, lalu bagaimana terhadap para pembesar dan raja? Kepada Allah kita memohon pertolongan."
raja-raja disebabkan kehancuran ulamak, kehancuran ulamak disebabkan kecintaan
mereka kepada harta dan kedudukan. Barangsiapa yang dikuasai oleh dunia,
maka tidak akan mampu menghapus kekejian, lalu bagaimana terhadap para pembesar dan raja? Kepada Allah kita memohon pertolongan."
Bukan tidak boleh orang Islam
berorganisasi, sebab organisasi merupakan tempat untuk merancang strategi
perjuangan Islam. Tidak ada halangan bagi orang Islam untuk membentuk jamaah
dan kelompok tertentu, sebab jamaah dan kelompok merupakan wadah untuk
melakukan pembinaan bagi komunitas umat Islam. Tidak ada larangan bagi orang
Islam untuk berpartai, sebab partai merupakan alat untuk memperjuangkan
aspirasi umat. Yang tidak boleh kita lakukan, jangan sampai dengan organisasi
itu, ada orang merasa organisasinyalah yang paling Islam sementara organisasi
lain kafir semua. Yang tidak kita harapkan, jangan sampai dengan jamaah dan
kelompok yang dibentuk, ada orang mengklaim bahwa kelompoknyalah yang paling
berhak masuk syurga kelompok lain masuk neraka. Yang tidak boleh terjadi,
jangan sampai dengan partai yang dipilihnya, ada orang menganggap partainyalah
yang paling benar partai lain salah. Kalau fanatisme kelompok semakin menonjol,
maka umat Islam akan kehabisan energinya untuk memperdebatkan masalah-masalah
yang tidak prinsip. Sebaliknya, mereka lupa membahas agenda-agenda yang lebih
besar untuk membangun kejayaan Islam. Untuk itu, Allah swt. berfirman :
واعتصموا بحبل الله جميعا ولاتفرقوا
Artinya : “Berpegang teguhlah kepada tali (agama)
Allah dan jangan bercerai berai” (Q. S. Ali Imran : 103).
Keberanian Nabi Ibrahim
dalam menegakkan kebenaran dan melawan kebathilan ini hendaknya menjadi
pelajaran yang amat berharga bagi umat Islam hari ini. Jauhkanlah ambisi-ambisi
pribadi dan kelompok dalam memperjuangkan kebenaran, karena Allah tidak
menyukai kepalsuan dan kemunafikan. Allah tidak akan meridhai suatu perjuangan
yang hanya menjadikan agama sebagai alat untuk memperoleh kepentingan duniawi.
Dalam menegakkan kebenaran tersebut, diperlukan kebersamaan di kalangan umat
Islam sehingga memiliki barisan yang kokoh dalam membumikan ajaran-ajaran
Islam. Perbedaaan organisasi, kelompok, dan partai di antara kita, jangan
dijadikan sebagai penghalang untuk memperkokoh ukhuwah Islamiyah.
Perlunya menegakkan kebenaran ini, telah
dijelaskan oleh Rasulullah saw. melalui sabdanya :
. ليس
من قوم يعمل فيهم بمنكر ويفسد فيهم بقبيح فلم يغيروه ولم ينكروه الا حق علي الله ان يعمهم بالعقوبة جميعا ثم
لايستجا ب لهم (رواه احمد)
Artinya : ‘Kalau di suatu
kaum terdapat kemunkaran dan kejahatan, lalu mereka tidak mencegah kemunkaran
itu, mereka tidak melawan kejahatan itu, maka Allah akan mengumumkan adzabnya
atas mereka semua; kemudian daripada itu Allah tidak akan mengabulkan do’a
mereka’. (H. R. Ahmad).
Allahu Akbar 3 X, wa lillahil hamd
Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia
Semoga dengan semangat
Hari Raya Idul Qurban ini kita mampu mengatasi berbagai ujian dan cobaan.
Marilah dengan semangat Idul Qurban kita menyongsong masa depan yang lebih
anggun dan manusiawi di bawah pancaran nilai-nilai Islam. Bagi mereka yang
memiliki kemampuan hendaklah mereka berkurban karena Allah. Pada Hari Raya Idul
Qurban ini umat Islam diharapkan bukan saja memotong leher binatang, tetapi
yang lebih penting adalah memotong (menghilangkan) sifat-sifat kebinatangan.
Allahu Akbar 3 X, wa lillahil hamd
بارك
الله فى القران الكريم, ونفعنى واياكم بالايات والدكر الحكيم, انه هو السميع
العليم, فا ستغفرالله لى ولكم انه هو الغفورالرحيم.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar